Guru (Luar) Biasa?
(Dimuat di Wawasan pada Selasa, 5 Desember 2017)
Menjadi guru merupakan profesi yang luar biasa, ada sebuah pepatah
yang mengatakan “Tidak ada murid yang bodoh, tapi bagaimana kepedulian guru
untuk bisa membangkitkan potensi yang dimiliki muridnya”. Bersyukurlah jikalau
saat ini Anda berprofesi sebagai seorang guru, karena profesi anda merupakan
sarana untuk mendapatkan pahala yang akan terus mengalir.
Parameter kesuksesan seorang guru dapat dilihat dari berapa
banyaknya murid yang sukses. Selain itu, kesuksesan seorang guru juga dapat
kita maknai dari seberapa banyak manusia yang dimanusiakan. Mendidik yang sudah
terdidik itu jauh lebih mudah ketimbang mendidik yang belum terdidik. Ketika
murid yang awalnya belum tahu kemudian menjadi tahu, yang pada akhirnya membuat
murid tersebut berhasil dalam hidupnya. Tentu saja murid tersebut akan selalu
teringat pada sosok guru yang membuat hidupnya berhasil.
Oleh karena itu, peringatan hari guru memang telah berlalu, tapi
gaungnya masih bisa kita rasakan, momentum hari guru merupakan saat yang tepat
bagi kita untuk berpikir. Meskipun berpikir memang bukan pekerjaan yang mudah.
Mengutip Henry Ford “Berpikir adalah pekerjaan tersulit yang pernah ada, yang
mana mungkin karena itulah makanya sedikit yang melakukannya”. Kita mesti
berpikir, sebagai seorang guru sudahkah kita menjadi guru yang sukses?
Pertanyaan tersebut sangat berkaitan erat dengan William Arthur,
William mengatakan The mediocre teacher tells, the good teache explains,
superior teacher demonstrates, great teacher inspires. Yang kurang lebih
terjemahannya adalah, guru biasa-biasa saja memberitahukan, guru yang baik
menjelaskan, dan guru yang ulung memperagakan, serta guru yang hebat
menginspirasi / mengilhami.
Kita tentu ingat atau pernah mendengar mengenai Hellen Adam Keller,
seorang wanita yang sangat luar biasa. Keluarbiasaannya terlihat dari karya
yang dihasilkannya. Orang yang sukses menghasilkan karya, dan orang yang gagal
menghasilkan seribu macam alasan atas kegagalannya. Hellen merupakan
penulis yang produktif dan sukses, dalam
keterbatasan fisiknya sebagai perempuan yang tunarungu dan tunanetra berhasil
menjadi orang yang pertama memperoleh gelar Bachelor of Arts. Keberhasilan
seorang Helllen tentu saja tidak bisa dilepaskan dari sosok guru yang sangat
menginspirasinya, sosok guru tersebut bernama Annie Mansfield Sullivan Macy.
Maka sangatlah wajar jika Sahabat Ali rela membayar seribu dirham untuk
seseorang yang mengajarinya walaupun satu huruf.
Menjadi guru yang menginspirasi sebenarnya bukanlah hal yang sulit,
sebab hal itu bisa dimulai dari hal yang sangat sederhana, yaitu mampu menjadi
suri tauladan. Mengutip Ki Hajar Dewantara “Guru itu Ing ngarso Sung Tulodo-Guru
itu seorang pemimpin yang harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang
di sekitarnya”. Rasanya guru menjadi suri tauladan merupakan harga mati yang
tidak bisa ditawar. Sebab tokoh-tokoh pemimpin yang sering ditampilkan di media
belum mampu menjadi suri tauladan. Di negeri ini seperti kaya akan mauidhoh
hasanah tetapi miskin akan uswatun hasanah. Jika kita menemukan
murid kita sering terlambat maka solusi yang sangat solutif adalah kita sebagai
gurunya memberikan contoh dengan selalu datang ke sekolah lebih pagi.
Selain itu, menurut Sabam Silaban penulis buku Guru di atas Garis
menjelaskan bahwa, untuk bisa menjadi guru yang sukses, mulailah dari hal yang paling
sederhana yakni cara berpakaian. Memakai pakaian yang mahal memang perlu,
tetapi jauh lebih perlu memakai pakaian dengan rapi. Penampilan yang oke akan
mempengaruhi cara berpikir, berbicara, menyampaikan ide-ide, menyampaikan
permintaan, dan melucu bahkan menegur. Selalu berupaya inovatif akan
memancarkan sikap optimis (percaya diri), namun kepercayaan diri yang lebih
besar tentunya terlahir dari dalam diri
berupa sikap dan pilihan.
Akhirnya, Hari Guru ibarat sebuah pesta memang perlu kita rayakan, tetapi
kita juga jangan pernah lupa, sehabis pesta perayaan usai banyak piring kotor
yang perlu kita cuci. Sebagai seorang guru setiap hari perlu kita resapi
sebagai hari guru, sebab tidak ada istilah “libur” untuk terus mendidik
anak-anak kita. Di pundak merekalah kejayaan negeri ini digantungkan. Semoga
Guru semakin sejahtera dan Indonesia semakin Jaya.
Komentar
Posting Komentar