Bahasa Arab Terpinggirkan?
(Dimuat di Warta Al Azhar edisi 302, April 2020)
Berikut ini adalah tulisan mentahnya :
Belajar suatu bahasa, baik
bahasa ibu (mother tongue) atau bahasa nasional yang menjadi
simbol kebangsaan, pada masa kanak-kanak merupakan proses yang mau tidak mau
mesti berlangsung. Proses yang tak dapat
dihindari dan sebuah keniscayaan.
Disebut bahasa ibu karena bahasa ini dipakai oleh anak-anak saat ia
berkomunikasi dengan ibunya ketika ia mulai belajar bicara. Seorang anak yang
dibesarkan di lingkungan masyarakat yang berbahasa Inggris akan menjadikan
bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Jika anak itu dibesarkan di lingkungan
masyarakat yang berbahasa daerah tertentu, misalnya bahasa Jawa dan Sunda, anak
tersebut akan menjadikan bahasa daerah sebagai “bahasa ibunya”(Drs. H. Ahmad
Izzan,M.Ag, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,hlm.62).
Hal tersebut tentu saja mampu kita jadikan sebagai bahan renungan.
Sudahkah kita menempatkan bahasa Arab selayaknya bahasa ibu yang senantiasa
mengiringi komunikasi anak-anak kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika
kita menanyakan apa urgensi mempelajari bahasa Arab, maka pesan dari Khalifah
Umar bin Khotob berikut ini patut kita teladani bersama :
اَحْرِصُوْا عَلَى
تَعَلُّمِ اللُّغَةِ العَرَبِيَّةِ فَإِنَّهَا جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ
Yang
kurang lebih berarti : “Belajarlah bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan
bagian dari agamamu”. Pesan yang
disampaikan oleh Khalifah Umar tersebut memang demikian adanya. Ironis rasanya
bila kita yang mengaku umat Islam tetapi enggan dan merasa minder ketika
belajar bahasa Arab. Sebab seperti yang diungkapkan Khalifah Umar Bahasa Arab
memang berkaitan erat dengan agama yang kita anut. Kitab suci kita yang kita
jadikan pedoman dalam kehidupan menggunakan bahasa Arab. Demikian pula dengan hadits
nabi kita pun menggunakan bahasa Arab. Lantas bagaimana mungkin kita bisa memahami petunjukNya dan pesan dari kekasih
kita nabi Muhammad bila kita tidak mau mempelajari bahasa Arab. Setidaknya
dengan mempelajari bahasa Arab kita akan sedikit sedikit mulai memahami
terjemahan Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad.
Selain pesan Khalifah Umar, Nabi pun
pernah bersabda sebagai berikut :
تَعَلَّمُوْا العَرَبِيَّةَ وَعَلَّمُوهَا النَّاسَ
Yang
kurang lebih berarti : “Pelajarilah Bahasa Arab dan ajarkanlah kepada
Manusia”.
Pesan
Nabi tersebut selaras dengan Pesan Khalifah Umar. Saat ini ada stigma yang
berkembang di masyarakat kita, bahwa
mempelajari bahasa Arab merupakan hal yang sangar kuno dan tidak modern.
Padahal jika kita ingin berpikir lebih mendalam maka akan kita dapati bahwa
ketika dunia barat abad pertengahan masih diliputi era kegelapan, pada saat
yang bersamaan, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani telah disimpan dalam
buku-buku berbahasa Arab dalam bentuk terjemahan. Bahkan, hampir semua buku ilmu
pengetahuan yang ditulis penulis ternama waktu itu berhasil diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan sains. Pada masa
kebangkitan (renaissance) di Barat, bahasa Arab berperan besar dalam
menghubungkan peradaban antara Yunani Kuno dan Eropa modern melalui
penerjemahan kembali buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa Arab ke dalam
bahasa-bangsa Barat.
Berdasarkan hal tersebut tidak ada
alasan kita untuk tidak mencintai bahasa Arab, cinta terhadap bahasa Arab perlu
kita tekankan mulai sejak dini. Mengapa demikian, sebab Atsa’aalabby dalam
karyanya “Fiqhullughoh Wa Sirrul Arobbiyah” menjelaskan sebagai berikut
:
إِنَّ مَنْ أَحَبَّ اللهُ أَحَبَّ رَسُوْلُهُ
المُصْطَفَى ص م – وَمَنْ أَحَبَّ النَّبى أَحَبَ العُرَبُ, وَمَنْ اَحَبَّ العُرَبَ
أَحَبَّ اللُّغَةَ العرَبِيَّةَ الَّتِى أُنْزِلَ بِهَا اَفْضَّلُ الكُتُبِ عَلَى
اَفْضَّلِ العَجَمِ والعَرَبِ, وَمَنْ أَحَبُّ العَرَبيَّةَ عَنِى بِهَا وَثَابَرَ
عَلَيْهَا, وَصَرَّفَ هِمَّتَهُ إِلَيْهَا
Yang secara garis besar bermakna bahwa jika kita mencintai nabi
kita, maka kita pun harus mencintai bahasa Arab. Tidak bisa dipungkiri bahwa
mempelajari bahasa Arab memang tidak semudah yang kita bayangkan. Setidaknya
ada beberapa problematika yang akan kita temui. Diantara problematika tersebut
ialah problematika linguistik, bahasa Arab dari tata bunyi berbeda dengan
bahasa nasional kita, secara kosa kata pun sangat berbeda. Selanjutnya dari
tata kalimat pun berbeda, dan perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi
penulisan, dalam penulisannya bahasa
arab menggunakan huruf Hijaiyah yang sangat berbeda dengan bahasa Inggris yang
sangat populer menggunakan huruf latin. Tetapi, semua problematika tersebut
tidak bisa kita jadikan alasan untuk kita tidak mencintai bahasa Arab. Sebab
adanya problematika bukan berarti bahasa Arab tidak bisa dipelajari. Jika kita
mau bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab, maka bahasa Arab akan
terasa sangat mudah bagi kita.
Akhirnya, bahasa Arab akan terpinggirkan atau tidaknya semua berada
ditangan kita semua. Sudahkah kita menanamkan rasa cinta bahasa Arab kepada
Anak-anak kita? Sudahkah kita mengenalkan bahasa Arab kepada anak-anak kita
dimulai sejak dini?.
Komentar
Posting Komentar